Senin, November 07, 2011

LPj

Sebenarnya bukan hanya pejabat politisi seperti bupati saja yang harus membuat Laporan Pertanggungjawaban (LPj). Tetapi semua orang pasti akan menghadapi LPj atas dirinya, nanti di hadapan Allah.
Kalau dalam gedung DPRD, Fraksi-fraksi angkat bicara, nanti di hari kemudian tangan dan kaki kita sendiri yang angkat bicara, bahkan kulit kita tidak ketinggalan ikut bicara.
Kita terkejut ketika kulit kita bicara, lalu kitapun bertanya: “mengapa kamu menjadi saksi atas perbuatan kami?” Lalu kulitpun menjawab: “Kami dibuat dapat bicara oleh Allah” (QS. As-Sajdah: 21).
Disamping itu sang Juru Tulis Rakib-Atid, tidak mungkin menyembunyikan fakta. Semua ditulis, tidak ada manipulasi, tidak ada bargaining dan tawar-menawar.
Penilaian atas LPj itu sangat objektif, kesalahan sebesar atom pun diungkap dan dipersoalkan. “Barangsiapa berbuat kebaikan, sekalipun seberat atom, akan dilihatnya. Barangsiapa berbuat kejahatan sekalipun seberat atom, (juga) akan dilihatnya”. (QS. Zilzal: 7-8).
Berbeda di gedung DPRD, disana ada tawar menawar, ada imbalan, ada persyaratan dan termasuk berbagai permintaan. Disamping itu ada hal-hal yang tak tertulis dan tak terucapkan tapi harus dapat ditangkap, maka LPj ditolak.
Sungguh berbeda LPj dunia dan LPj akherat. Di Akherat pasti objektif, di dunia pasti subjektif. Bagi yang menilai LPj berdasarkan kepentingan materi, kepentingan sesaat, kepentingan pribadi dan berbagai kepentingan lainnya. Nanti di akherat dalam LPj yang disusun oleh Rokib-Atid akan dipertanyakan “mengapa kamu menolak LPj” padahal penolakanmu itu tidak aspiratif dan selanjutnya berakibat menyengsarakan umatmu sendiri. Padahal kamu dipercaya untuk mewakili umatmu, untuk memperjuangkan nasib umatmu, mengapa kamu mengkhianati umatmu sendiri, hanya karena kepentingan pribadi.
Nah, kalau nanti, dan itu pasti, kita masing-masing akan menghadapi LPj pribadi di hadapan Allah, sebaiknya bersiap-siaplah membuat sanggahan sejak sekarang, menyusun argumentasi, menyusun data selengkapnya. Tetapi percayalah, kalau kita benar-benar percaya sebagai orang yang beriman. “nanti mulut kita disegel, tidak boleh bicara, yang menjawab adalah kaki dan tangan kita sendiri dengan sejujur-jujurnya”. (QS. Yasin:65)
Itu bagi yang percaya, bagi yang tidak percaya, tentu persoalannya lain, tidak ada gunanya. “diperingati atau tidak diperingati tetap mereka tidak percaya”. (QS. Al-Baqarah: 6)
(Oleh: HUMAS FORKIM, bulletin FORKIm No. 7/2004 tgl. 21 April 2004).

Tidak ada komentar:

HOT NEWS

MEMILIH UNTUK TIDAK MEMILIH

Kolom Tutorial

Template Unik