Jumat, Januari 06, 2012

TAJRID

Untuk lebih jelas lag tentang Tajrid lahir dan batin, dengan kata lain, yaitu bahwa Tajrid lahir adalah meninggalkan segala bentuk aktifitas fisik yang dapat mengganggu atau mengurangi ketekunan mentaati Allah. Sedangkan tajrid batin yaitu menghindari segala bentuk aktifitas jiwa atau fikiran yang dapat mengganggu kehadiran bersama Allah. Adapun tajrid lahir batin ialah mencurahkan segala kegiatan anggota badan dan fikiran hanya untuk Allah. Tajrid lahir yang sempurna artinya meniggalkan segala ambisi dan keinginan serta menelanjangi diri dari kebiasaan berpakaian, sedangkan tajrid batin artinya membersihkan hati dari segala sifat tercela diganti dengan segala sifat terpuji. Orang yang melakukan tajrid lahir saja tanpa tajrid batin dapat dikategorikan sebagai pendusta, karena sikap hidup seperti itu seperti orang yang melapisi tembaga dengan emas. Hanya bagus luarnya tetapi dalamnya jelek. Sedangkan orang yang melakukan tajrid batin saja tanpa tajrid lahir itu termasuk bagus sekalipun jarang terjadi, seperti orang yang membungkus emas dengan tembaga. Bila ada orang yang mampu melakukan tajrid lahir dan tajrid batin bersama-sama itulah yang paling bagus. Syekh Abul Hasan Assyadzili mengatakan: “Sopan santun seorang mutajarrid ada empat. Pertama hormat kepada yang lebih tua. Kedua, sayang kepada yang lebih muda. Ketiga, selalu instropeksi diri. Ke empat, tidak ingin menang sendiri. Sedangkan sopan santun seorang Mutasabbib ada empat juga. Pertama, banyak bergaul dengan orang-orang yang baik dan terhormat. Kedua, menjauhi pergaulan dengan orang-orang jahat. Ketiga, selalu shalat berjama’ah dan keempat, banyak membantu orang-orang fakir miskin dengan rizki yang dimilikinya.” Yang penting kita pasrahkan saja kepada Allah apakah kita diposisikan kepada maqom tajrid atau sebab (Kasab). Kalau kita sudah ditentukan dalam maqom tajrid ya sudah kita terima. Kita jalani dan kita tekuni apa adanya. Jangan ada keinginan untuk dimutasi ke maqom Sebab. Demikian pula bila Allah telah menentukan kita pada maqom sebab, kita jalani dengan tidak minta dipindah ke maqom tajrid. Terkecuali kalau Allah berkehendak memutasikan kita dari tajrid ke sebab atau sebaliknya. Pada suatu hari ada seorang santri yang sedang mencari kebenaran datang kepada syekh Abul Abas Hasan Al Marsi dengan maksud ingin menyampaikan hasratnya, yaitu ingin berhenti sebagai pengusaha dan lalu ingin mengikuti jejak sang Guru, beribadah murni dan berdzikir. Dengan anggapan sangat sulit sebagai pengusaha yang sibuk dengan kegiatan duniawi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tetapi sebelum santri menyampaikan maksudnya, syekh Abul Abas Hasan al Marsi mendahului dengan bercerita sebagai berikut: “Ada seorang pengusaha besar yang sukses dalam bisnisnya datang kesini dengan maksud ingin tinggal bersama saya untuk beribadah dan menghentikan kegiatan bisnisnya. Lalu saya katakan bahwa kamu keliru. Tetaplah pada posisimu sebagai pengusaha besar. Jangan melakukan mutasi sendiri biarlah Allah yang memutuskan”. Oleh karena itu maka santri tersebut mengurungkan niatnya untuk menyampaikan maksud tujuannya lalu pulang dengan hati yang lega dan pasrah kepada Allah. (B-KHASY)

Tidak ada komentar:

HOT NEWS

MEMILIH UNTUK TIDAK MEMILIH

Kolom Tutorial

Template Unik